Saturday, January 8, 2011

Tangisan Tawa

Aku tertawa,
Benar-benar tertawa
Lalu aku tersenyum, dan menggelengkan kepala..
Ah, bagaimana ini bisa terjadi?
Bagaimana mungkin!

Sekarang diam, aku mulai meraba lagi..
Mengeja satu demi satu kata
Mencoba mengusut ada makna apa di dalamnya..

Ah, ini konyol..
Ini lelucon..
Ini tidak mungkin…
Bagaimana bisa aku menertawakan ini semua?

Ini tidak pantas ditertawakan.
Ini bukan dagelan! Ini bukan lawak!
Tapi aku masih saja tertawa.

Lalu ini apa?
Apa ini tidak lucu menurutmu?
Ini lucu..

Aku tenggelam dalam lautan tawaku,
Terapung apung dalam buaian dendam.

Dendam?
Ya..
Dendam.
Tangisnya,
Celakanya,
Jeritnya,
Kematiannya,
Adalah tawa untukku.

10.000 Detik

Tik tik tik tik tik …
Lima puluh enam, lima puluh tujuh, lima puluh delapan, lima puluh Sembilan,
Enam puluh…

Enam puluh?
Genap satu menit sudah aku diam
Bukan, bukan aku, tapi kami, ya kami, aku dan dia..
Lelaki yang ada di sampingku..
Aku tak ingin bicara banyak tentangnya, lelaki yang ada disampingku..
Kami hanya duduk dan menghabiskan waktu dalam diam..

Menghabiskan waktu?
Berapa lama?
Entah, yang jelas aku hanya mampu menghitung sampai angka enam puluh.
Dan lalu, aku kembali ke angka satu..
Sungguh, aku benar-benar tak tahu, ini angka enam puluh keberapa yang telah aku hitung..
Antah itu kelima, kedelapan, kesepuluh, ketujuhbelas, keduapuluh, atau bahkan lebih?
Dua puluh?

Waw, kalau benar ini enam puluh detik yang kedua puluh,
Jadi kami sudah dian selama 1200 detik, 20 menit, 1/3 jam..

Lama. Apakah itu lama?
Ah, tidak..
Buatku itu hanya sebentar.
Tapi itu akan menjadi lama saat dua orang hanya menghasbiskannya dalam diam!
Tidak!
Itu hanya sekejap! Itu hanya sebentar.
Karena aku sudah terbiasa menghabiskan puluhan, ratusan bahkan ribuan detik hanya untuk diam.
Ribuan detik hanya untuk berdiam diri bersamanya..
Dua ribu detik, lima ribu detik, tujuh ribu detik bahkan sepuluh ribu detik..
Dan hanya untuk diam…